Postingan

Puan Pembenci Hujan

Gambar
Mulanya angin bertiup sangat rendah, dan kedua tangan rentanya masih lincah memintal benang rajut untuk dijadikan sebuah tas mini. Dengan sebatang pemintal, tangannya lihai memainkan benda itu di atas gulungan benang berwarna sembur. Ia selalu menggunakan warna-warna demikian, sebab terdapat filosofi tersendiri baginya. “Bukan hanya indah yang menjadi tujuan, tetapi makna kehidupan tercetak sempurna pada semburan warna yang dihasilkan,” katanya di ujung sore ketika salah satu pembeli mengungkapkan kekaguman pada prakaryanya. Sesekali, tangannya tergerak untuk mengibaskan sebuah penebah [1] untuk mengusir lalat-lalat yang mengerubunginya, sebab, ia risih dengan serangga yang menurutnya menjijikkan itu. Anehnya, ia membiarkan mereka hinggap dan diam pada segelas air di sampingnya. Air itu adalah air minumnya. Tanpa peduli dengan kehadiran makhluk-makhluk itu, dengan mengira bahwa mereka sedang kehausan, sehingga tak berkehendak untuk mengusirnya. Entah mau diapakan air minum itu. Mungkin

Hujan dan Kepastian

Gambar
Siang itu, Kaila duduk di halte depan Kantor Pertanahan untuk menunggu bus AKAP yang setiap hari mengantarnya pulang. Sudah lima belas menit Kaila duduk sendirian di sana. Beberapa teman seperjuangannya sudah lebih dulu naik bus sesuai jurusan mereka. Ya, memang bus AKAP yang melewati rumah Kaila tidak banyak beroperasi, karena rute yang cukup jauh. Itu pun kalau sudah menjelang sore, Kaila harus oper bus lagi di sub terminal, karena bus tidak melanjutkan trip ke kampung tempat tinggal Kaila. Sakunya bergetar diikuti ringtone ponsel yang sudah Kaila hafal. Kaila mengangkat panggilan telpon dari suaminya. “Assalamualaikum ...!” terdengar suara dari seberang telepon. “Wa’alaikumsalam, Bunda masih di halte, Yah.” Kaila mengabarkan lokasinya. “Ketinggalan bus lagi?” tanya pria ditelepon. “Perlu aku jemput? Gendhis minta dibelikan ayam goreng untuk makan malam,” sambungnya. “Tidak usah, Yah. Jauh ... mungkin sebentar lagi busnya datang,” jawab Kaila lembut. “Oke deh.. Hati-hati, ya? Kalau a