Puan Pembenci Hujan
Mulanya angin bertiup sangat rendah, dan kedua tangan rentanya masih lincah memintal benang rajut untuk dijadikan sebuah tas mini. Dengan sebatang pemintal, tangannya lihai memainkan benda itu di atas gulungan benang berwarna sembur. Ia selalu menggunakan warna-warna demikian, sebab terdapat filosofi tersendiri baginya. “Bukan hanya indah yang menjadi tujuan, tetapi makna kehidupan tercetak sempurna pada semburan warna yang dihasilkan,” katanya di ujung sore ketika salah satu pembeli mengungkapkan kekaguman pada prakaryanya. Sesekali, tangannya tergerak untuk mengibaskan sebuah penebah [1] untuk mengusir lalat-lalat yang mengerubunginya, sebab, ia risih dengan serangga yang menurutnya menjijikkan itu. Anehnya, ia membiarkan mereka hinggap dan diam pada segelas air di sampingnya. Air itu adalah air minumnya. Tanpa peduli dengan kehadiran makhluk-makhluk itu, dengan mengira bahwa mereka sedang kehausan, sehingga tak berkehendak untuk mengusirnya. Entah mau diapakan air minum itu. Mungkin